Kakak Ipar Adalah NIkmat

mama
0


Sinopsis:

Kehidupanku yang biasa-biasa saja berubah total ketika hasrat terlarang mulai tumbuh antara aku dan Sinta, istri dari kakak kandungku sendiri. Awalnya, semua hanya sekadar candaan mesra, pandangan penuh arti, atau sentuhan-sentuhan kecil yang seharusnya tidak terjadi. Namun, suatu momen di dalam mobil mengubah segalanya—kami akhirnya menyerah pada nafsu yang selama ini dipendam.

Momen Khilaf di Dalam Mobil

Hari itu, aku menawarkan diri mengantarkan Sinta pulang setelah acara keluarga karena kakakku masih harus lembur. Suasana di dalam mobil terasa berbeda—lebih panas, lebih tegang. Percakapan ringan kami berubah menjadi lebih intim, diselingi tawa genit dan pandangan penuh arti.

Tanpa kusadari, tanganku sesekali menyentuh pahanya saat mengganti persneling. Awalnya, dia hanya diam, tapi kemudian aku melihat matanya gelap, napasnya semakin berat. Hingga akhirnya, di tengah kemacetan, Sinta meletakkan tangannya di pahaku dan menggenggamnya perlahan.

Aku tak tahan lagi. Dengan gerakan cepat, aku menariknya ke arahku dan mengecup bibirnya yang sudah terbuka menanti. Kami berciuman dengan penuh gairah, lidah kami saling bermain, tangan kami saling meraba. Mobil yang sempit justru membuat segalanya terasa lebih panas. Tanpa banyak bicara, aku menggeser kursi ke belakang, dan Sinta dengan cepat membuka celananya.

Di dalam mobil yang gelap, kami melepaskan semua hasrat yang selama ini dipendam. Sinta mendesah pelan di telingaku, "Aku nggak tahan lagi... udah lama aku pengen kayak gini sama kamu."

Hubungan Terlarang di Rumah Kakak

Setelah kejadian di mobil, kami tak bisa lagi menahan diri. Setiap kali kakakku pergi bekerja, aku selalu punya alasan untuk datang ke rumahnya. Sinta seringkali sudah menungguku dengan pakaian seksi—gaun tidur tipis, atau bahkan hanya handuk yang melilit tubuhnya.

Kami menjadi semakin berani. Sofa, dapur, kamar mandi—semua sudut rumah itu pernah menjadi saksi kemesraan kami. Suatu kali, aku memuaskannya di meja makan sementara dia menggigit bibirnya agar tidak berteriak.

Yang paling membuatku tergila-gila adalah ketika Sinta memintaku untuk "menghukumnya" karena telah menggoda adik iparnya sendiri. Aku mencubit, menggigit, dan memaksanya berlutut—dia menyukainya.

Kucing-Kucingan yang Memacu Adrenalin

Tantangan terbesar adalah ketika kami nekat bercumbu atau bahkan berhubungan seks singkat saat kakakku ada di rumah. Pernah suatu kali, saat kakakku sedang asyik menelepon di teras, aku menarik Sinta ke dalam kamar tidur dan memuaskannya dengan cepat di balik pintu yang terkunci.

Ada juga momen di dapur, ketika aku meremas pantatnya dari belakang sambil berpura-pura mengambil minum. Kakakku hanya melirik sekilas, sama sekali tidak curiga bahwa adiknya sendiri sedang menggoda istrinya.

Sinta bahkan pernah memberanikan diri untuk duduk di pangkuanku sambil mengenakan rok pendek ketika kakakku sedang asyik membaca koran. Aku menggoda dengan jemaranku, dan dia harus menahan erangan dengan menggigit bibirnya.

Memuaskan Hasrat Sinta yang Tak Pernah Puas

Sinta ternyata memiliki hasrat yang jauh lebih besar dari yang kuduga. Dia suka dipuaskan dengan cara yang kasar—digigit, dicubit, dipeluk erat sampai tidak bisa bernapas. Aku belajar cara membuatnya meronta-ronta sebelum akhirnya kulepaskan kepuasan di dalamnya.

Dia pernah berbisik, "Aku nggak pernah bisa puas kalau bukan sama kamu. Suamiku nggak pernah bikin aku sampai kayak gini."

Kata-katanya itu membuatku semakin bersemangat. Kadang, kami nekat berhubungan dua atau tiga kali dalam sehari jika ada kesempatan.

Hubungan Rahasia yang Tak Terungkap

Yang paling mengejutkan adalah sampai saat ini, tidak ada yang mencurigai kami. Kakakku masih percaya bahwa istrinya setia, sementara Sinta semakin mahir berpura-pura.

Aku sendiri kadang merasa bersalah, tapi setiap kali dia mengirimiku pesan "Abang lagi kerja nih... kamu bisa datang?", semua penyesalan itu hilang.

Kami masih terus melanjutkan hubungan ini—semakin berani, semakin liar. Entah sampai kapan rahasia ini akan bertahan, tapi satu hal yang pasti: aku dan Sinta sama-sama kecanduan.

Lanjut Baca Cerita Lengkapnya DISINI



Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)